Berpetualang Menemukan Neovim
Ketika pertama kali aku belajar Programming aku tentu mengikuti instruksi dari Instruktor dari video yang aku tonton, rata-rata menggunakan text editor VSCode . Tentu aku juga menggunakannya karena memang VSCode sangat bagus dan memiliki banyak fitur yang memudahkan pemula. Saat itu aku sedang praktik video Fullstack dengan Next JS, ternyata ketika sedang membuka banyak tab dengan waktu yang lama penggunaan ram semakin naik, karena juga fitur LSP dari VSCode.
Seringkali komputernya hang ketika itu, karena memang hanya memiliki 6GB ram. Aku mulai mencari
alternatif lalu menemukan Sublime Text. Akhirnya aku menggunakan Sublime Text untuk belajarku.
Tidak lama kemudian aku tertarik dengan VIM. Tetapi ketika mencobanya aku sangaat bingung, karena
sangat berbeda seperti VSCode atau Sublime. Aku mungkin masih menggunakan Sublime selagi belajar
menggunakan VIM.
Setelah aku mulai lancar navigasi dasat dengan VIM aku mulai tertarik untuk menginstall plugin.
Ternyata di VIM tidak bisa menyalin text dari VIM ke luar semisal browser. Setelah aku baca
di halaman rilis VIM aku harus mendownload versi GUI-nya untuk bisa menggunakan fitur clipboard.
Kemudian aku mulai melihat Neovim fork dari VIM yang memiliki fitur bawaan clipboard. Tentu
ketika menggunakan neovim semua berjalan lancar. Aku mengubah konfigurasiku dengan bahasa Lua.
Saat itu aku sama sekali tidak mengerti Lua. Aku hanya menggunakan konfigurasi orang lain dari
github, lalu aku sedikit memodifikasinya.
Aku mungkin tidak terlalu mengerti bahasa lua secara dalam. Aku hanya mengerti untuk keperlua
konfigurasi saja seperti menulis keymap, funcion, import file. Dari Neovim aku mulai mengenal
alat-alat yang bagus seperti plugin Telescope yang menggunakan ripgrep atau fd / find.
Selain Telescope aku menemukan FZF yang lebih ringan. Bahkan bisa digunakan di luar Neovim karena
terinstal secara global.Seketika itu aku hampir jarang menggunakan file explorer, kecuali ingin
melihat struktur folder.
Tentu kadang menggunakan Neovim tidak makin produktif, alih-alih sibuk mencari plugin atau
mengubah konfigurasi. Biasanya itu terjadi ketika diawal karena mungkin masa penyesuaian. Aku
sendiri pernah mengalaminya, aku mencari beberapa plugin yang cocok kemudian menambahkan nya ke
konfigurasiku. Dalam kasusku aku pernah mencoba beberapa color scheme yang cocok untukku.
Tetapi pada akhirnya aku menggunakan color scheme bawaan dari Neovim yang menurutku sangat
sederhana.
Di Neovim memiliki fitur subtitusi yang memungkinkan kita bisa mengubah text apapun dalam folder tersebut. Fitur ini sangat membantu ketika kita memiliki beberapa file yang ingin kita ubah dengan pola tertentu.
Disisi lain aku mengalami masalah dengan file yang berukuran besar. Salah satu masalahnya Neovim
menjadi lambat karena plugin tree-sitter. Mungkin disebabkan karena spesifikasi komputerku rendah
juga. Tetapi waktu itu aku mencoba membandingkan dengan Helix Editor yang memiliki fitur bawwan
tree-sitter. Di Helix semua file berukuran besar berjalan lancar. Tetapi aku sudah terlanjur
menyukai Neovim, jadi solusiku cukup men-disable tree-sitter dan menggunakan highlight bawaan
dari Neovim.
Sejauh ini aku merasa nyaman menggunakan Neovim karena sangat ringan, aku juga bisa mengkonfigurasi
fitur auto complete mirip di VSCode. Saat ini aku menjadikannya Text Editor utama untuk
sehari-hari. Aku sudah terbiasa dengan Normal Mode dan Insert Mode. Karena dengan Neovim kita
tak perlu lagi menggunakan Mouse untuk navigasi , semua bisa di lakukan hanya dengan keyboard.
Tags: